Selasa, 23 Juni 2015

Resensi Novel ayahku (bukan) pembohong karya Tere Liye



Hakikat Kebahagianan Sejati 
Judul Buku      : Ayahku (Bukan) Pembohong
Penulis             : Tere - Liye
Penerbit           : PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal Buku      : 304 halaman
Presensi           : Alvina Chrestella

Kalian tahu, Sembilan puluh sembilan persen anak laki-laki tidak pernah mau memeluk ayah mereka sendiri setelah tumbuh dewasa. Sebaliknya Sembilan puluh Sembilan persen dari ungkapan hati terdalamnya, seorang ayah selalu ingin memeluk anak-anaknya. 



Ayahku (Bukan) Pembohong adalah salah satu novel yang sangat menginspiratif. Novel ini menceritakan tentang seorang anak yang bernama Dam, yang dibesarkan dengan dongeng-dongeng kesederhanaan hidup. Kesederhanaan yang membuat ia membenci ayahnya sendiri saat ia mulai tumbuh dewasa. Inilah kisah tentang hakikat kebahagian sejati. Jika kalian, tidak menemukan rumus itu dalam novel ini, tidak ada lagi cara terbaik untuk mnejelaskannya. 
 
            Dam adalah anak yang dilahirkan dari sebuah kelurga yang sederhana. Ayahnya adalah orang yang sangat terkenal di kotanya. Ayah Dam adalah orang yang terkenal jujur bahkan semua penduduk kota tahu itu. Itulah yang membuat ayah Dam disegani banyak orang.

            Semasa Dam kecil ia selalu mendengarkan dan sangat tertarik dengan cerita-cerita ayahnya. Tapi, kepercayaan Dam pada ayahnya mulai hilang ketika ia semakin tumbuh dewasa. Semenjak ibunya sakit ia mulai meragukan kebenaran cerita ayahnya. Tapi ketika ibu yang sangat disayanginya meninggal. Dam benar-benar merasa bahwa semua perkataan ayahnya adalah bohong. Dam tidak percaya lagi bahwa ayahnya adalah teman dekat El Captino El Prince (pemain sepak bola yang disukainya sejak kecil), pernah memakan Apel Emas di Lembah Bukhara, menaiki layang-layang bersama suku penguasa angin, menjadi anak angkat si Raja Tidur, dan sederet dongeng lainnya. Dam sadar secara tidak langsung, dongeng-dongeng yang ayahnya ceritakan telah membuatnya tumbuh dengan pemahaman hidup yang berbeda dibandingkan dengan jutaan orang lainnya.

            Bahkan kesuksesannya menjadi seorang arsitek tidak terlepas dari peran ayahnya yang selalu menceritakan kisah-kisah hebat. Bahkan ketika Dam sudah menikah dengan Tani (teman masa kecilnya) dan mempunya dua anak, Zas dan Qon. Dam tetap mengganggap ayahnya seorang pembohong. Ia bahkan pernah memarahi dan mengusir ayahnya untuk tidak tinggal dengan keluarganya. Dam takut bahwa anaknya akan tumbuh dengan dongeng-dongeng bohong yang diceritakan oleh ayahnya. 

            Novel Ayahku (bukan) pembohong ini sangat kaya akan nilai-nilai moral dalam setiap alurnya. Sehingga membuat pembaca lebih bisa memaknai makna kehidupan dan hakikat kebahagiaan sejati. Gaya bahasa dan penyajiannya pun sangat mudah di pahami dengan menggunakan kalimat Bahasa Indonesia yang baik. Selain itu, buku ini memiliki karakter tokoh yang kuat. Alur dalam buku ini adalah alur campuran, meskipun alurnya campuran novel ini tidak membuat pembaca merasa kebingungan tetapi malah menikmati setiap cerita Dam di waktu kecil dan kembali ke masa Dam dewasa.

            Namun novel ini memiliki halaman depan yang akan membuat pembaca bertanya-tanya. Hubungannya seseorang yang terbang diatas awan, apel dan pemain sepak bola. Sebenarnya apa kaitannya hal itu dengan Ayahku (bukan) pembohong. Tapi, semakin besar rasa penasaran pembaca pada buku ini, pembaca tidak akan menyesal setelah membacanya. Pembaca akan dibuat terkagum-kagum disetiap alurnya yang kaya akan pesan moral.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar